Bulak Peperangan |
Gunung Lawu juga dikenal dengan tempat - tempat yang disakralkan masyarakat. Itu terlihat setiap malam satu Suro, di mana banyak terlihat orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak.
Saat menapaki Lawu menuju puncak, terdapat lapangan bernama Bulak Peperangan. Konon katanya, tempat ini merupakan tempat peperangan kerajaan Majapahit pimpinan Brawijaya V dengan kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah.
Menurut cerita masyarakat, jika malam hari kemah di Bulak Peperangan bisa mendengarkan suara pertempuran. Tertarik membuka tenda di sana?
Tak hanya itu, sepanjang perjalanan banyak ditemukan tempat - tempat unik. Seperti Pasar Dieng misalnya. Orang menyebutnya juga pasar Setan. Pasar Dieng merupakan batu - batu yang banyak yang menyerupai pasar. Warga juga menyebutnya dengan pasar setan.
Pasar Dieng Lawu |
Sebenarnya, tidak disarankan lewat pasar setan malam hari. Jalurnya sedikit menyesatkan. Dengan rambu yang tidak jelas, pendaki disarankan untuk memperhatikan beberapa tanda dan membuat jejak di pasar setan ini agar tidak tersesat.
Meski jalur pendakian sudah terbentuk untuk memudahkan para pendaki, namun peziarah maupun pendaki disarankan untuk tetap memperhatikan aturan - aturan atau pantangan yang berlaku selama pendakian.
Pantangannya antara lain tidak boleh bicara kotor selama dalam perjalanan dan dilarang mengeluh, apapun kondisinya. Jika sudah lelah lebih baik istirahat saja, jangan malah mengeluh.
Selain itu dalam soal pakaian juga ada pantangannya. Jika naik gunung ini tidak boleh memakai ikat kepala warna hitam dengan hiasan batik melati. Tidak boleh memakai kain sutra warna hijau muda.
Sendang Derajat |
Di dekat sendang, terdapat beberapa bilik setinggi dada orang dewasa yang terbuat dari bata bersemen. Di tempat itu para pendaki bahkan peziarah mengguyurkan air yang mereka ambil dari sendang untuk ritual mandi.
Konon air tersebut memiliki manfaat rezeki, keberkahan, jodoh, pangkat dan derajat. Tak heran jika sendang ini disebut Sendang Derajat.
Mata air suci ini dahulunya adalah tempat pemandian Raja Brawijaya V. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, apabila para pengunjung mempunyai cita - cita atau niat tertentu dapat terkabul apabila mandi di sendang ini.
Selain Sendang Derajat, ada beberapa situs lain yaitu Sumur Jalatunda. Sumur ini merupakan sebuah gua vertikal sedalam lima meter yang dipakai untuk bertapa. Gua ini dipercaya sebagai tempat Raja Brawijaya V menerima wangsit dalam perjalanan naik ke Puncak Lawu.
Hargo Dalem, sekitar 15 menit perjalanan dari Sendang Derajat, merupakan tempat peristirahatan Raja Brawijaya V. Di sini terdapat bangunan khusus yang digunakan untuk berdoa atau moksa. Suasana mistis begitu terasa di tempat ini.
0 komentar:
Posting Komentar